Interpretativ News.
ACEH TAMIANG – METRO GEMA NEWS:
Meninggalnya Tgk. H. Muhamad Yusuf Wahab atau yang lebih dikenal dengan Tu Sop Jeunieb, menjadi duka yang mendalam bagi masyarakat Aceh. Sebagai seorang ulama besar, sosok Tu Sop telah menjadi ikon dalam dunia pendidikan Islam di Aceh, terutama melalui kontribusinya sebagai pengasuh Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah di Jeunieb, Bireuen. Sebagaimana disampaikan oleh Husni Mubarak, Rabu (11/09/2024).
Kepergiannya tidak hanya meninggalkan kekosongan di dunia pendidikan Islam, tetapi juga bagi masyarakat yang selama ini menjadikan beliau sebagai panutan dalam menjalani kehidupan beragama.
“Keberanian dan kebijaksanaannya dalam berdakwah menjadikan beliau dihormati tidak hanya di Aceh tetapi juga di luar wilayahnya,” terang Husni.
Sebagai seorang ulama kharismatik, Tu Sop Jeunieb dikenal dengan pendekatannya yang lembut. Namun, tegas dalam menyampaikan ajaran agama. Gaya dakwahnya yang menyentuh hati masyarakat mampu menjangkau berbagai kalangan, dari kalangan intelektual hingga rakyat biasa.
Di Aceh, dia adalah figur penting yang selalu hadir dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial, memberikan ceramah dan nasihat yang penuh hikmah.
“Tidak mengherankan jika kepergian beliau meninggalkan kekosongan yang sulit tergantikan,” terangnya kembali.
Tu Sop juga merupakan sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman yang moderat dan inklusif.
Dalam banyak kesempatan, dia selalu menekankan pentingnya menjaga harmoni dan toleransi antar umat beragama.
Di tengah perkembangan dunia yang semakin kompleks, sikap moderat yang diusungnya menjadi salah satu nilai penting yang diwariskan kepada masyarakat Aceh. Dakwah yang disampaikannya kerap kali menyoroti pentingnya menjaga persatuan, tidak hanya di kalangan Muslim tetapi juga dalam konteks sosial yang lebih luas.
Sebagai pengasuh dayah yang terkenal, Tu Sop tidak hanya fokus pada pengajaran ilmu agama, tetapi juga pada pembinaan moral dan etika santri.
Sistem pendidikan yang diterapkan di Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah sangat memperhatikan pembentukan karakter yang baik, di samping penguasaan ilmu agama.
Banyak santri yang menyebutkan bahwa Tu Sop tidak hanya mengajarkan mereka tentang fiqh atau tauhid, tetapi juga tentang bagaimana menjadi manusia yang bertanggung jawab, jujur, dan berakhlak mulia.
Warisan pendidikan yang ditinggalkan Tu Sop menjadi sangat berharga, terutama di era modern saat ini.
Sistem pendidikan yang dia bangun di dayah berusaha menjawab tantangan zaman, dengan tetap menjaga nilai-nilai tradisional Islam.
“Kepergian beliau harus menjadi pengingat bagi generasi penerus akan pentingnya menjaga keberlanjutan pendidikan Islam yang beliau bangun. Pengembangan ilmu dan akhlak yang Tu Sop wariskan merupakan modal penting dalam menghadapi perubahan zaman,” ucap Husni Mubarak memberikan penjelasan terperinci terhadap sosok Tu Sop.
Selain sebagai seorang pendidik, Tu Sop juga dikenal aktif dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan. Dia kerap kali terlibat dalam upaya rekonsiliasi di tengah masyarakat Aceh, terutama dalam menyelesaikan konflik internal.
Kebijaksanaannya dalam menghadapi berbagai persoalan sosial membuatnya sering diminta pendapat oleh masyarakat, pemerintah, maupun tokoh agama lainnya. Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh dia dalam kehidupan sosial di Aceh.
Meninggalnya Tu Sop membawa dampak yang mendalam, tidak hanya bagi santri dan masyarakat yang secara langsung berada di bawah bimbingannya, tetapi juga bagi seluruh umat Islam di Aceh. Banyak pihak merasa kehilangan sosok ulama yang selama ini menjadi pencerah di tengah kompleksitas kehidupan modern. Sosok Tu Sop, dengan segala kebijaksanaannya, telah menjadi pelita yang membimbing masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik, penuh dengan nilai-nilai keislaman yang murni.
Sebagai ulama, Tu Sop tidak hanya mengandalkan ilmu yang dimilikinya untuk dirinya sendiri, tetapi juga dengan tekun membagikannya kepada orang lain. Keikhlasannya dalam berdakwah dan membimbing umat terlihat dari bagaimana dia terus aktif mengajar meskipun usia semakin lanjut.
Setiap ceramah yang beliau sampaikan selalu disambut dengan antusias oleh masyarakat, karena di dalamnya terkandung nasihat yang tidak hanya relevan secara agama tetapi juga kontekstual dengan kehidupan sehari-hari.
Peninggalan Tu Sop tidak hanya berupa ilmu yang tertulis, tetapi juga nilai-nilai keteladanan yang beliau wariskan melalui perilaku dan sikapnya sehari-hari.
Banyak orang yang mengenalnya sebagai sosok yang sederhana, meskipun memiliki kedudukan yang tinggi di mata masyarakat. Kesederhanaan ini menjadi cerminan dari keimanan yang kuat dan keikhlasan dalam berjuang di jalan Allah.
Dalam konteks pendidikan Islam, meninggalnya Tu Sop seharusnya menjadi pemicu bagi generasi penerus untuk lebih semangat dalam melanjutkan perjuangan beliau. Pendidikan agama yang berkualitas adalah kunci dalam membentuk masyarakat yang berakhlak dan bermoral.
Oleh karena itu, warisan pendidikan yang ditinggalkan oleh Tu Sop di Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah perlu terus dijaga dan dikembangkan oleh para santri dan pengelola dayah.
Kepergian Tu Sop juga mengajak kita untuk merenungkan kembali pentingnya peran ulama dalam menjaga stabilitas moral dan spiritual masyarakat.
Ulama seperti Tu Sop adalah sosok yang berperan sebagai penjaga nilai-nilai agama, sekaligus penghubung antara ajaran agama dengan realitas kehidupan. Kehadiran mereka menjadi sangat penting, terutama di tengah masyarakat modern yang semakin terpapar oleh arus globalisasi dan modernisasi.
“Akhirnya, meskipun Tu Sop telah tiada, ajaran dan warisan yang beliau tinggalkan akan terus hidup dalam hati masyarakat Aceh. Generasi muda yang pernah menjadi santrinya diharapkan mampu melanjutkan perjuangan beliau, tidak hanya dalam bidang pendidikan agama tetapi juga dalam menyebarkan pesan-pesan perdamaian, toleransi, dan keadilan yang selama ini beliau gaungkan. Kepergian beliau adalah sebuah kehilangan, tetapi juga sebuah panggilan bagi kita semua untuk meneruskan perjuangan yang belum selesai,” pungkas Husni.
Liputan: (Husni Mubarak)